Kumpulan Cerita Sex 2018 - Beberapa waktu yang lalu, karena telah berulang kali dipanggil oleh
anaknya di kampung, maka pembantu kami yang sudah tua, Mbok Iyem
akhirnya pulang juga ke kampungnya di Jawa Tengah, tetapi sebelum pulang
ia berjanji akan membantu kami untuk mencarikan seorang pembantu lain
yang berasal dari kampungnya juga, jadi pada saat Mbok Iyem pulang
kampung, tidak terjadi kekosongan pembantu di rumah kami. Hal ini
penting bagi kami, karena kami berdua, suami isteri bekerja sehingga
kami memerlukan seorang pembantu untuk beres-beres di rumah.
Pada hari yang telah ditentukan, maka datanglah seorang pembantu baru
yang dijanjikan oleh Mbok Iyem, yaitu seorang gadis kampung yang telah
putus sekolah, berumur 18 tahun bernama Lastri. Sulastri bertubuh sedang
dengan kulit bersih dan berambut panjang, yang dengan malu-malu
memperkenalkan dirinya kepada kami, setelah menerima instruksi ini itu
dari isteriku, Lastri pun mulai bersiap untuk kerja
Memasuki hari Senin, secara kebetulan saya mendapat cuti kantor
selama tiga hari, yang mana bisa saya pergunakan untuk beristirahat di
rumah. Setelah isteriku berangkat kerja, sayapun santai di rumah sambil
baca koran dan mendengarkan radio, sedang Lastri sibuk membersihkan
rumah sehabis mencuci pakaian.
Sedang saya asyik membaca, tiba-tiba dikejutkan oleh sapaannya, “Maaf Pak.., Saya mau mengepel lantainya”.
“Oh iya, pel aja..”, kata saya sambil terus membaca, tetapi mataku
memperhatikan pembantu ini dengan lebih seksama. Lastri mengepel lantai
sambil berjongkok dan sesekali merangkak sambil terus mengayunkan
tangannya. Saat ia merangkak, terlihat pinggulnya yang besar dengan
pantat yang membentuk bulat bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan irama
yang teratur, celana dalam yang dipakainya terbayang sangat jelas dari
balik daster yang dipakainya. Saat ia berbalik untuk mengepel di bawah
kaki saya, terlihat dari belahan dasternya dua buah bukit yang ranum,
terbungkus oleh kutang ketat, yang kelihatannya sudah agak kekecilan.
Tanpa terasa saya menggosok batang kemaluanku, yang tiba-tiba menjadi
tegang. Konsentrasi saya untuk membaca menjadi hilang.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Lastri bersiap-siap untuk
membersihkan dirinya dan mengambil handuk serta masuk ke kamar mandi,
begitu terdengar suara air yang terguyur di kamar mandi, saya
cepat-cepat meloncat bangun dan berjalan cepat-cepat ke arah kamar
mandi. Dari sela-sela pintu kamar mandi terdapat celah yang bisa dipakai
untuk mengintip ke dalam. Ternyata pemandangan di dalam kamar mandi
begitu asyiknya, Sulastri ternyata mempunyai badan yang bersih mulus
dengan kedua payudaranya yang ranum keras dengan puting yang mengarah ke
atas berwarna coklat muda, pinggulnya yang besar sangat seksi dengan
bulu-bulu halus di atas kemaluannya. Lastri sibuk menggosok-gosok
badannya tanpa sadar ada mata yang sedang menikmati tubuhnya yang ranum.
Dengan berdebar saya terus mengintip Lastri yang sesekali menunduk
untuk menggosok kakinya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Nafsu saya naik
ke kepala, saya mulai mengelus batang kemaluanku sampai tegang. “Aah,
enaknya kalau bisa memeluk dan menancapkan batang penisku di vaginanya”.
Sedang asyik mengintip, saya teringat kalau di lemari saya masih ada
menyimpan sebotol obat perangsang bermerek ‘Spanish fly’ oleh-oleh teman
dari luar negeri. Cepat-cepat saya ke kamar mengambil obat tersebut dan
membawanya ke dapur, dan benar saja dugaanku bahwa Lastri memang sudah
menyiapkan teh hangat bagi dirinya sendiri di situ. Segera saya tuangkan
spanish fly itu ke dalam minuman Sulastri dan saya tambahkan gula
sedikit agar dia tidak curiga
Saya kembali duduk di kursi depan dan pura-pura membaca sambil
membayangkan tubuh mulus Lastri sambil mengelus batang penisku yang
sudah tegang, saya benar-benar sudah bernafsu sekali untuk menyetubuhi
Lastri. Sekitar setengah jam kemudian, saya mendengar erangan halus yang
berasal dari kamar Sulastri, “Heehh.., heehh”.
Segera saya menghampiri kamarnya dan pura-pura bertanya, ” Lastri.., ada apa dengan kamu..?”.
Lastri sambil mengeluh menjawab, “Aduuh Pak.., perut Saya.., hheehh”.
“Kenapa..?”, sambil bertanya saya segera saja masuk ke dalam kamarnya,
Lastri kelihatan pucat dan keningnya berkeringat, sedang dalam posisi
merangkak sambil memegang perutnya.
“Aduuh.., aduuh.., perut saya.., Pak”.
“Mari Saya tolong..”, kata saya, sambil berdiri di belakangnya dan
tunduk serta memegang perutnya dengan kedua tangan untuk mengangkatnya
berdiri. Saat berdiri sambil memeluknya dari belakang, penisku yang
sudah tegang dari tadi menempel pada celah pantatnya, Lastri agak kaget
juga, tapi ternyata dia diam saja sambil terus mendesah.
“Ayo saya gosok perut kamu.., biar hangat”, kata saya sambil tangan
kananku terus bergerak menggosok perutnya sedangkan tangan kiriku
mengangkat dasternya dari bawah. Saya memasukkan tangan kiriku ke dalam
daster itu dan berpura-pura akan menggosok perutnya juga tapi saya
segera menurunkan tangan saya untuk menyibakkan celana dalamnya dan
mulai meraba bulu-bulu halus yang bertebaran di sekitar vaginanya. Saat
tangan saya menyentuh vaginanya, Lastri menggelinjang keras dan mendesah
panjang, “aah.., Paak..”, seraya menekankan pantatnya yang montok ke
penisku yang sudah menanti dengan tidak sabar. Tangan kananku pun mulai
masuk ke dalam sela-sela kancing daster, naik terus ke atas dan
menemukan payudaranya yang ranum, yang ternyata tidak terbungkus oleh
kutangnya, segera saya meremas payudaranya.
“Las,.., ayo Saya gosok sambil tiduran”, kata saya.
“Hee.. Eeh”, katanya.
Saya tuntun Lastri ke tempat tidur dan membaringkannya dengan kedua
kakinya tetap terjuntai di lantai. Secara cepat saya menyibak dasternya
dan segera menarik turun hingga celana dalamnya terlepas. “Aduuh..,
Paak”, katanya sambil menggerakkan pinggulnya.
“sst..”, kata saya sambil menundukkan kepala dan mencium vaginanya yang persis di depan mataku.
“aarkkh..”, seru Lastri sambil membuka kakinya lebih lebar lagi dan
kemudian secara cepat menutupnya lagi sehingga kepalaku terjepit di
antara kedua belah pahanya yang mulus. Saya mulai menjilat vaginanya,
lidahku mulai menjalar ke kanan dan ke kiri menyibakkan kedua belah
bibir vagina Lastri sampai akhirnya saya menemukan clitorisnya. Kedua
tangankupun secara gencar mulai bergerilya meremas kedua payudaranya
sambil sesekali mempermainkan putingnya yang langsung mengeras.
“Paak..”, Lastri keenakan sambil mulai menggoyangkan pinggulnya ke kiri
dan ke kanan bagaikan sangat kegelian, dan tiba-tiba dari vaginanya
memancar cairan, yang segera saya jilat habis.
“Las.., buka dulu yaa bajunya”, kata saya sambil berdiri dan dengan
cepat mulai membuka celana dan kaosku. Sementara saya berdiri telanjang,
penisku benar-benar tegang dan keras. Mata Lastri terbelalak memandang
penisku yang besar dan berdiri.
“Paak.., Lastri takut”, katanya.
“sstt.., nggak apa-apa Las..”, kata saya sambil membantu Lastri membuka bajunya.
Karena kakinya masih menjuntai di pinggir tempat tidur, segera
saya mengambil bantal dan mengganjal pantatnya sehingga vagina Lastri
sekarang menyembul dengan clitorisnya yang mengkilap karena jilatan
lidahku. Segera saya arahkan penisku ke lubang vaginanya dan berusaha
untuk menekannya masuk, sementara tanganku meremas payudaranya sedangkan
mulutku mulai memagut bibirnya. Ternyata lubang vagina Lastri sempit
sekali, sehingga baru kepala penisku yang masuk, ia sudah menjerit
kesakitan dan berusaha menggeliatkan badannya yang mungil. Saya menahan
geliatan badannya dan terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke
vaginanya yang sempit dengan menarik keluar masuk kepala penisku.
Biarpun vagina Lastri telah basah oleh cairan yang keluar dari tubuhnya,
saya tetap juga mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan vagina
Lastri ini. Sambil memeluk tubuhnya, mulutku bergesar ke arah telinga
Lastri, dan secara tiba-tiba saya menggigit cuping telinganya dengan
agak keras. Secara refleks, Lastri kaget sekali, “Aduh..”, tetapi
bersamaan dengan itu saya menekan penisku sekuat tenaga masuk ke dalam
vaginanya. Lastri kaget dan terdiam, tetapi saya kembali memagut
bibirnya dan menyedot lidahnya sambil mulai menaikkan pantatku sedikit
sedikit, kemudian turun menekan sampai ke ujung. Aduh nikmatnya bukan
alang-kepalang, vagina Lastri benar-benar sempit sekali bagaikan jepitan
halus yang menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus.
Setelah beberapa kali naik turun, cabut sedikit, tekan lagi.., Lastripun
mulai menikmati permainan seks ini, sambil mengerang-erang, dia juga
mulai menggoyangkan pinggulnya. Kedua belah kakinyapun turut
menari-nari, kadang menjepit kakiku, kadang dia menjepit pinggangku
“Aarkhh.., ppaak.., enaak”, kata Lastri, sambil terus menggoyangkan
pinggulnya, sehingga penisku yang berada di dalam vaginanya terasa
bagaikan diremas-remas dengan keras. Akhirnya sayapun tidak tahan lagi,
saat badannya menjadi kejang karena dia sampai pada puncak kenikmatan,
sayapun mempercepat gerakan naik turun sampai cairan maniku terasa
menyembur-nyembur ke dalam vagina Lastri. Akh, kita berdua sungguh
lunglai setelah tiba pada puncak kenikmatan. Ternyata setelah selesai
baru saya tahu kalau ternyata Lastri masih perawan dan belum pernah
dijamah oleh lelaki lain.
Selama masa cuti tiga hari, saya tetap betah di rumah. Dan kalau
istriku sudah berangkat kerja, maka Lastri dan saya mulai mempraktekkan
berbagai macam gaya bersetubuh. Lastri ternyata murid yang sangat pandai
untuk diajar dan selalu bernafsu untuk mengulang dan mengulang lagi.
Hal ini berlangsung selama enam bulan, kadang larut malam, kadang pagi
hari kalau saya lagi kepingin menikmati tubuhnya, saya ijin dari kantor,
sampai akhirnya Lastri dipanggil pulang oleh keluarganya untuk
dikawinkan di kampung. TAMAT
anaknya
Beberapa
berulang
di kampung
dipanggil
kali
kami
karena
maka
oleh
pembantu
sudah
telah
tua
waktu
yang
yang lalu
0 comments:
Post a Comment