Kumpulan Cerita Sex 2018 - Perkenalkan namaku Wawan. Umurku 23 tahun, dan aku adalah mahasiswa
tingkat akhir sebuah PTS di Jakarta. Saat ini aku tinggal menyelesaikan
skripsi, tetapi sampai sekarang masih belum selesai-selesai juga.
Mungkin karena aku saat ini terlalu fokus pada bisnis wiraswastaku.
Hasilnya sangat lumayan sih, jadi membuatku agak mengabaikan skripsiku
itu.
Tetapi aku berniat untuk mulai mengerjakannya lagi di tengah2
kesibukan mengerjakan proyek-proyek bisnisku. Bangga juga bila mempunyai
gelar nanti, dan terlebih hal itu bisa membuat orang tuaku senang.
Semenjak aku kenal dengan Tante Sonya, seperti kuceritakan dulu
di ‘Beli Mobil Berbonus Sex’, aku jadi ketagihan bermain sex. Aku selalu
memikirkan hal itu, terutama bila setelah beberapa hari tidak ada
penyaluran. Memang aku mempunyai pacar, tetapi dengan Monika pacarku
itu, aku hanya bercumbu saja dan tidak sampai berhubungan lebih jauh.
Dia memang ingin mempertahankan mahkotanya sampai menikah nanti.
Berhubung sekarang aku sudah mempunyai penghasilan, aku bisa
menggunakannya sebagian sebagai ‘biaya’ kenakalanku. Kadang aku dan
temanku pergi hunting ABG-ABG yang sering nongkrong di mall atau tempat
nongkrong lainnya. Hanya saja aku lebih suka kalau mengencani Tante2
yang kesepian, selain banyak pengalaman, juga bebas risiko dari PMS.
Aku juga masih sering berhubungan dengan Tante Sonya, dan juga
teman-temannya. Memang Tante Sonya ini memperkenalkanku dengan beberapa
temannya yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan menceritakan
pengalaman nikmatku dengan mereka, tetapi saat ini aku ingin
menceritakan kejadian lain beberapa hari yang lalu.
Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing
setelah mengerjakan salah satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika
untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang bahwa dia sedang sibuk
mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah mendekati deadline. agen poker
Akhirnya kuputuskan saja untuk membeli DVD sekalian makanan untuk
malam nanti. Di dekat tempat kosku, memang terdapat penjual DVD
bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat itu, malahan aku sudah
kenal cukup dekat dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD, uang
kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya sekitar 25 tahunan dan berbodi
seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau dilihat
sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita. Tidak mirip sekali sih, tapi
lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris
sinetron itu.
“Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?” tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.
“Ada Wan.. Nih pilih aja sendiri” katanya sambil menyodorkan setumpuk
DVD. Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik,
seperti ‘The Terminal’-nya Tom Hanks dan ‘Collateral’-nya Tom Cruise.
“Mbak, dicoba dulu dong” kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya.
Mbak Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di playernya.
Kuperhatikan malam itu dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat
yang menonjolkan keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi,
dengan rok mini dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.
“Ya udah deh.. Saya ambil Mbak”
“Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar?” tanyanya.
“Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya beli DVD” sahutku.
“Mau yang lebih seru nggak?” tanyanya lagi sambil tersenyum genit.
“Boleh.” jawabku.
Dia pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik
lacinya, dan menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno.
“Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih” pancingku.
“Emang perlu Mbak temenin?” godanya.
“Siapa takut.. Bener nih?” tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku
merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh Mbak
Sinta.
“Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti”
Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD
biasa dan satu DVD porno, aku pun pergi dahulu untuk makan malam sambil
menunggu Mbak Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada
tak jauh dari tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam
lagi..
Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke tempat kosku.
“Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?” godanya genit.
“Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin Mbak” sahutku asal.
“Ah.. Pasti kau udah pinter kan..” jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.
“Kamu kalau main kuat berapa lama Wan? Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?” tanyanya lagi genit.
“Iya pasti Mbak puas deh..”
“Habis tunangan Mbak kalau main cepet banget..” katanya lagi. Pantas jadi genit begini, pikirku.
Sesampainya di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku
bersama Mbak Sinta. Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil
hingga bebas saja membawa siapa pun masuk ke tempat kosku ini.
Kunyalakan AC dan TV-ku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul
‘Sporty Babes 2′ dan kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian beranjak
menuju ranjang dimana Mbak Sinta telah menunggu. Kami kemudian menikmati
tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang gadis bule cantik sedang
disetubuhi di tempat permainan bowling. Desahan suara gadis itu begitu
menggairahkan. Tampak lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh
gadis itu saat menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.
Nafas Mbak Sinta sudah memberat di sebelahku. Tangannya mulai
meremasi tanganku. Kupalingkan wajahku menatapnya, dan Mbak Sinta
langsung melumat bibirku. Diciuminya aku dengan penuh gairah. Lidahnya
mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, yang kemudian kuhisap
gemas. Tanganku pun mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari balik
T-shirtnya yang ketat.
“Sebentar.. Mbak buka dulu ya” katanya sambil melepaskan T-shirt
putih yang dipakainya. Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus BH
berwarna krem. Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH-nya
itu.
“Ayo kamu yang buka BH-nya Wan” ujarnya menggoda.
Tanganku langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu
kuturunkan tali penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara
Mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya
yang menonjol menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting
payudara Mbak Sinta yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi
bibirnya.
“Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu Mbak dong” pintanya. Sambil
berkata demikian, tangan Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah
menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan
payudaranya.
“Ohh..” lenguh Mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras.
Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil
sesekali kugigit perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang
sebelah kiri, tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan
Mbak Sinta mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.
“Iya Wan.. Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh..” erang Mbak Sinta
sambil meliuk-liukkan badannya. Aku pun semakin bernafsu menghisapi dan
menjilati payudaranya yang kenyal itu.
Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan dimana seorang
gadis bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja
billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV bercampur dengan suara
lenguhan Mbak Sinta yang sedang kulahap payudaranya.
“Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu” ujarnya sambil menarik
rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku menuju
ke arah bawah.
“Cepet buka celana Mbak” katanya lagi.
Aku pun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah
celana dalam warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam
itu, dan tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi.
Tangan Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya
menatapku genit.
“Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di sini” katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.
Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan
lidahku. Perlahan kujilati vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang
hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.
“Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..”.
Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya,
dan akupun dengan penuh gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini.
Erangannya semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku
menghisapi klitorisnya.
“Terus Wan.. Oh.. Oh..” sambil mengerang Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.
“Ayo Wan, kamu tidur di sini” katanya sambil bangkit dari ranjang.
“Mbak ajari posisi yang lebih enak”
Aku pun patuh dan tidur telentang di ranjang. Sementara kulihat
sekilas di TV, si gadis bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style
di atas meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di
dalam kamarku. Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya
tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku.
Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya
di atas wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan
dari DVD porno di TV.
“Oh.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.
Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina Mbak manis ini.
Tangan Mbak Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara
tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan birahi. Beberapa lama
kemudian, goyangan pantat Mbak Sinta semakin menjadi.
“Oh.. Wan.. Mbak hampir sampai.. Ohh..” lenguhnya panjang.
Tubuhnya menegang, dan saat itu banyak cairan nikmat keluar dari
vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu, dan tak lama Mbak Sinta
pun menjatuhkan tubuhnya di sebelahku.
“Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi” katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.
“Mbak istirahat sebentar ya” katanya lagi.
Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa
Mbak seksi ini untuk melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali
menonton DVD porno yang masih terpampang di layar TV. Di layar tampak
sekarang seorang gadis bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan
seorang pria. Setelah bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu.
Si gadis bule tersebut lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut
melihat ukuran penisnya yang besar.
“Oh.. my god.. I love it.. So big” desah si gadis sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.
Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.
“Punyamu besar begitu nggak Wan?” tanyanya sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.
“Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang besar ya?”
“Iya. Semakin besar Mbak semakin suka” jawabnya genit.
“Ya udah Mbak lihat aja sendiri” kataku.
Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.
“Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh”
Memang karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak
mencuat keluar tak tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak sabar
membuka celana dalamku. Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata
kelelakianku itu.
“Ih.. Keras banget.. Mbak suka kontol yang kayak gini. Besar, panjang, dan keras. Pasti cewek kamu puas ya.” katanya lirih.
Wajah Mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan
nafasnya terasa hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku
dengan pandangan gemas. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku
ketika lidah Mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku.
Dijilatinya kepala penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus
dikulumnya batang kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu yang terdengar
ketika Mbak Sinta memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.
“Ahh.. Kontolmu enak Wan.. Mbak suka.. Hmm” desah Mbak Sinta
ketika dia menghentikan kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku.
Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus
kejantanan lelaki itu. Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan
Mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan
erangan nikmatku. Tanganku pun meremas-remas rambut Mbak Sinta gemas.
Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya
dimiringkan, sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung.
Tangannya pun semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian
dikeluarkannya penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh
permukaan penisku sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.
“Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen minum spermamu..” katanya dengan nada memerintah.
Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan
lagi. Sambil mengerang nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu,
Mbak Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermaku pun
masuk ke dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai
bersih.
“Enak Wan..?” tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.
“Enak Mbak..” jawabku lemas.
Kami pun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD.
Kali ini dilayar tampak seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang
belajar memancing. Tak lama gadis itu sudah bercumbu dengan pelatihnya.
Si gadis ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya
naik turun. Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi
payudara gadis tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan
lalu dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun kembali
terangsang.
“Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain ngentotin
kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya Mas Joko” katanya sambil
meraba kemaluanku dan mulai menciumi bibirku.
Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.
“Ohh..” desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya.
Dia pun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang dia pun
mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara deritan
ranjang, erangan Mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar
kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kami
berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi
payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai, ingin
memamerkan tubuhku yang tekun kupahat di gym. Sementara itu, Mbak Sinta
terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan
meremasi payudaranya yang kenyal. Cukup lama kami bersetubuh dengan gaya
ini.
“Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen dientotin dari belakang” katanya
setelah dia keluar untuk yang kedua kalinya, sambil bangkit dari
tubuhku. Dia kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung
ranjang. Aku pun segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.
“Ohh.. Enak Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang cepat.. Ohh” desah Mbak Sinta
saat kupompa tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang
menggemaskan. Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat
menantang.
“Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan.. Oh.. Ohh.. Ohh..”
Tubuh Mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas
ranjang. Kali ini aku tak mau lagi ‘menggantung’. Kubalikkan badan Mbak
Sinta dan kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin
oleh cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi ini dengan gaya
missionary.
“Eh.. Eh..” demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
“Hisapi putingku Mbak” kataku.
Mulut Mbak Sinta pun kemudian menghisapi puting dadaku sementara
aku menggenjot tubuhnya. Tak lama Mbak Sinta pun keluar untuk yang
ketiga kalinya, dan aku memberikannya kesempatan sessat untuk
beristirahat. Lalu kuminta lagi berganti posisi. Masih di atas ranjang,
kubuka kakinya yang indah itu lebar-lebar, lalu kutumpangkan ke bahu
bidangku. Lalu dengan dituntun tangannya, kudorong penisku masuk kembali
ke liang surganya, dan mulai kupompa dia seperti tadi. Gerakan
pompaanku semakin keras, liar, dan bertenaga seiring dengan mulai
basahnya kemaluannya.
Dalam posisi ini, aku memegang kakinya erat-erat, sementara Mbak
Sinta asyik mengerang-erang kenikmatan. Cukup lama menggenjotnya di
posisi ini. Tak lama aku pun tak tahan lagi menahan ejakulasiku yang
kedua. Wajah cantik Mbak Sinta ditambah dengan erangannya setelah
orgasmenya yang keempat, serta jepitan vaginanya yang nikimat di
kelaminku membuatku segera mencapai puncak.
“Aku sampai Mbak.. Ahh” jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.
Kami pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya
menyetubuhi Mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya.
Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas ranjang.
“Wan.. Anterin aku pulang ya” katanya setelah dia menghabiskan rokoknya.
“Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di sini aja”
“Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti” jawabnya.
Tetapi aku berniat untuk mulai mengerjakannya lagi di tengah2 kesibukan
mengerjakan proyek-proyek bisnisku. Bangga juga bila mempunyai gelar
nanti, dan terlebih hal itu bisa membuat orang tuaku senang.
Semenjak aku kenal dengan Tante Sonya, seperti kuceritakan dulu
di ‘Beli Mobil Berbonus Sex’, aku jadi ketagihan bermain sex. Aku selalu
memikirkan hal itu, terutama bila setelah beberapa hari tidak ada
penyaluran. Memang aku mempunyai pacar, tetapi dengan Monika pacarku
itu, aku hanya bercumbu saja dan tidak sampai berhubungan lebih jauh.
Dia memang ingin mempertahankan mahkotanya sampai menikah nanti.
Berhubung sekarang aku sudah mempunyai penghasilan, aku bisa
menggunakannya sebagian sebagai ‘biaya’ kenakalanku. Kadang aku dan
temanku pergi hunting ABG-ABG yang sering nongkrong di mall atau tempat
nongkrong lainnya. Hanya saja aku lebih suka kalau mengencani Tante2
yang kesepian, selain banyak pengalaman, juga bebas risiko dari PMS.
Aku juga masih sering berhubungan dengan Tante Sonya, dan juga
teman-temannya. Memang Tante Sonya ini memperkenalkanku dengan beberapa
temannya yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan menceritakan
pengalaman nikmatku dengan mereka, tetapi saat ini aku ingin
menceritakan kejadian lain beberapa hari yang lalu.
Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing
setelah mengerjakan salah satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika
untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang bahwa dia sedang sibuk
mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah mendekati deadline. agen poker
Akhirnya kuputuskan saja untuk membeli DVD sekalian makanan untuk
malam nanti. Di dekat tempat kosku, memang terdapat penjual DVD
bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat itu, malahan aku sudah
kenal cukup dekat dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD, uang
kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya sekitar 25 tahunan dan berbodi
seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau dilihat
sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita. Tidak mirip sekali sih, tapi
lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris
sinetron itu.
“Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?” tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.
“Ada Wan.. Nih pilih aja sendiri” katanya sambil menyodorkan setumpuk
DVD. Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik,
seperti ‘The Terminal’-nya Tom Hanks dan ‘Collateral’-nya Tom Cruise.
“Mbak, dicoba dulu dong” kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya.
Mbak Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di playernya.
Kuperhatikan malam itu dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat
yang menonjolkan keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi,
dengan rok mini dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.
“Ya udah deh.. Saya ambil Mbak”
“Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar?” tanyanya.
“Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya beli DVD” sahutku.
“Mau yang lebih seru nggak?” tanyanya lagi sambil tersenyum genit.
“Boleh.” jawabku.
Dia pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik
lacinya, dan menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno.
“Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih” pancingku.
“Emang perlu Mbak temenin?” godanya.
“Siapa takut.. Bener nih?” tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku
merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh Mbak
Sinta.
“Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti”
Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD
biasa dan satu DVD porno, aku pun pergi dahulu untuk makan malam sambil
menunggu Mbak Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada
tak jauh dari tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam
lagi..
Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke tempat kosku.
“Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?” godanya genit.
“Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin Mbak” sahutku asal.
“Ah.. Pasti kau udah pinter kan..” jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.
“Kamu kalau main kuat berapa lama Wan? Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?” tanyanya lagi genit.
“Iya pasti Mbak puas deh..”
“Habis tunangan Mbak kalau main cepet banget..” katanya lagi. Pantas jadi genit begini, pikirku.
Sesampainya di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku
bersama Mbak Sinta. Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil
hingga bebas saja membawa siapa pun masuk ke tempat kosku ini.
Kunyalakan AC dan TV-ku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul
‘Sporty Babes 2′ dan kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian beranjak
menuju ranjang dimana Mbak Sinta telah menunggu. Kami kemudian menikmati
tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang gadis bule cantik sedang
disetubuhi di tempat permainan bowling. Desahan suara gadis itu begitu
menggairahkan. Tampak lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh
gadis itu saat menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.
Nafas Mbak Sinta sudah memberat di sebelahku. Tangannya mulai
meremasi tanganku. Kupalingkan wajahku menatapnya, dan Mbak Sinta
langsung melumat bibirku. Diciuminya aku dengan penuh gairah. Lidahnya
mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, yang kemudian kuhisap
gemas. Tanganku pun mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari balik
T-shirtnya yang ketat.
“Sebentar.. Mbak buka dulu ya” katanya sambil melepaskan T-shirt
putih yang dipakainya. Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus BH
berwarna krem. Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH-nya
itu.
“Ayo kamu yang buka BH-nya Wan” ujarnya menggoda.
Tanganku langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu
kuturunkan tali penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara
Mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya
yang menonjol menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting
payudara Mbak Sinta yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi
bibirnya.
“Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu Mbak dong” pintanya. Sambil
berkata demikian, tangan Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah
menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan
payudaranya.
“Ohh..” lenguh Mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras.
Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil
sesekali kugigit perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang
sebelah kiri, tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan
Mbak Sinta mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.
“Iya Wan.. Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh..” erang Mbak Sinta
sambil meliuk-liukkan badannya. Aku pun semakin bernafsu menghisapi dan
menjilati payudaranya yang kenyal itu.
Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan dimana seorang
gadis bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja
billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV bercampur dengan suara
lenguhan Mbak Sinta yang sedang kulahap payudaranya.
“Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu” ujarnya sambil menarik
rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku menuju
ke arah bawah.
“Cepet buka celana Mbak” katanya lagi.
Aku pun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah
celana dalam warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam
itu, dan tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi.
Tangan Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya
menatapku genit.
“Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di sini” katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.
Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan
lidahku. Perlahan kujilati vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang
hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.
“Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..”.
Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya,
dan akupun dengan penuh gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini.
Erangannya semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku
menghisapi klitorisnya.
“Terus Wan.. Oh.. Oh..” sambil mengerang Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.
“Ayo Wan, kamu tidur di sini” katanya sambil bangkit dari ranjang.
“Mbak ajari posisi yang lebih enak”
Aku pun patuh dan tidur telentang di ranjang. Sementara kulihat
sekilas di TV, si gadis bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style
di atas meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di
dalam kamarku. Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya
tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku.
Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya
di atas wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan
dari DVD porno di TV.
“Oh.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.
Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina Mbak manis ini.
Tangan Mbak Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara
tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan birahi. Beberapa lama
kemudian, goyangan pantat Mbak Sinta semakin menjadi.
“Oh.. Wan.. Mbak hampir sampai.. Ohh..” lenguhnya panjang.
Tubuhnya menegang, dan saat itu banyak cairan nikmat keluar dari
vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu, dan tak lama Mbak Sinta
pun menjatuhkan tubuhnya di sebelahku.
“Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi” katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.
“Mbak istirahat sebentar ya” katanya lagi.
Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa
Mbak seksi ini untuk melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali
menonton DVD porno yang masih terpampang di layar TV. Di layar tampak
sekarang seorang gadis bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan
seorang pria. Setelah bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu.
Si gadis bule tersebut lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut
melihat ukuran penisnya yang besar.
“Oh.. my god.. I love it.. So big” desah si gadis sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.
Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.
“Punyamu besar begitu nggak Wan?” tanyanya sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.
“Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang besar ya?”
“Iya. Semakin besar Mbak semakin suka” jawabnya genit.
“Ya udah Mbak lihat aja sendiri” kataku.
Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.
“Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh”
Memang karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak
mencuat keluar tak tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak sabar
membuka celana dalamku. Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata
kelelakianku itu.
“Ih.. Keras banget.. Mbak suka kontol yang kayak gini. Besar, panjang, dan keras. Pasti cewek kamu puas ya.” katanya lirih.
Wajah Mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan
nafasnya terasa hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku
dengan pandangan gemas. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku
ketika lidah Mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku.
Dijilatinya kepala penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus
dikulumnya batang kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu yang terdengar
ketika Mbak Sinta memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.
“Ahh.. Kontolmu enak Wan.. Mbak suka.. Hmm” desah Mbak Sinta
ketika dia menghentikan kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku.
Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus
kejantanan lelaki itu. Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan
Mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan
erangan nikmatku. Tanganku pun meremas-remas rambut Mbak Sinta gemas.
Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya
dimiringkan, sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung.
Tangannya pun semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian
dikeluarkannya penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh
permukaan penisku sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.
“Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen minum spermamu..” katanya dengan nada memerintah.
Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan
lagi. Sambil mengerang nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu,
Mbak Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermaku pun
masuk ke dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai
bersih.
“Enak Wan..?” tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.
“Enak Mbak..” jawabku lemas.
Kami pun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD.
Kali ini dilayar tampak seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang
belajar memancing. Tak lama gadis itu sudah bercumbu dengan pelatihnya.
Si gadis ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya
naik turun. Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi
payudara gadis tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan
lalu dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun kembali
terangsang.
“Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain ngentotin
kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya Mas Joko” katanya sambil
meraba kemaluanku dan mulai menciumi bibirku.
Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.
“Ohh..” desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya.
Dia pun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang dia pun
mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara deritan
ranjang, erangan Mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar
kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kami
berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi
payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai, ingin
memamerkan tubuhku yang tekun kupahat di gym. Sementara itu, Mbak Sinta
terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan
meremasi payudaranya yang kenyal. Cukup lama kami bersetubuh dengan gaya
ini.
“Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen dientotin dari belakang” katanya
setelah dia keluar untuk yang kedua kalinya, sambil bangkit dari
tubuhku. Dia kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung
ranjang. Aku pun segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.
“Ohh.. Enak Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang cepat.. Ohh” desah Mbak Sinta
saat kupompa tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang
menggemaskan. Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat
menantang.
“Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan.. Oh.. Ohh.. Ohh..”
Tubuh Mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas
ranjang. Kali ini aku tak mau lagi ‘menggantung’. Kubalikkan badan Mbak
Sinta dan kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin
oleh cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi ini dengan gaya
missionary.
“Eh.. Eh..” demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
“Hisapi putingku Mbak” kataku.
Mulut Mbak Sinta pun kemudian menghisapi puting dadaku sementara
aku menggenjot tubuhnya. Tak lama Mbak Sinta pun keluar untuk yang
ketiga kalinya, dan aku memberikannya kesempatan sessat untuk
beristirahat. Lalu kuminta lagi berganti posisi. Masih di atas ranjang,
kubuka kakinya yang indah itu lebar-lebar, lalu kutumpangkan ke bahu
bidangku. Lalu dengan dituntun tangannya, kudorong penisku masuk kembali
ke liang surganya, dan mulai kupompa dia seperti tadi. Gerakan
pompaanku semakin keras, liar, dan bertenaga seiring dengan mulai
basahnya kemaluannya.
Dalam posisi ini, aku memegang kakinya erat-erat, sementara Mbak
Sinta asyik mengerang-erang kenikmatan. Cukup lama menggenjotnya di
posisi ini. Tak lama aku pun tak tahan lagi menahan ejakulasiku yang
kedua. Wajah cantik Mbak Sinta ditambah dengan erangannya setelah
orgasmenya yang keempat, serta jepitan vaginanya yang nikimat di
kelaminku membuatku segera mencapai puncak.
“Aku sampai Mbak.. Ahh” jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.
Kami pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya
menyetubuhi Mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya.
Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas ranjang.
“Wan.. Anterin aku pulang ya” katanya setelah dia menghabiskan rokoknya.
“Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di sini aja”
“Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti” jawabnya
Akhirnya, aku mengantar dia ke rumahnya. Cuma aku menurunkannya agak
sedikit jauh dari rumahnya agar tetangganya tidak curiga. Enak juga
nonton DVD bareng Mbak Sinta. Mungkin aku akan semakin sering beli DVD
XXX nantinya.
. Umurku
23 tahun
adalah
akhir
aku
dan
di Jakarta
mahasiswa
namaku
Perkenalkan
PTS
sebuah
tingkat
Wawan
0 comments:
Post a Comment